Saturday, July 23, 2011

July 23rd


Ada dua hal penting yang menurut saya patut disyukuri pada 23 Juli setiap tahunnya, salah satunya Hari Anak Nasional. Hey, Anak Indonesia yang Luar Biasa, Selamat Hari Anak Nasional !!! Hal yang kedua akan Anda temukan setelah duduk manis dan selesai membaca. Eh Anda sudah tahu ya hal kedua itu apa? Mmm.. tapi menurut saya Anda belum tahu banyak. Jadi bertahanlah dan teruskan membaca.. :D

Pertama dan terakhir kali saya merayakan Hari Anak Nasional secara meriah sudah belasan tahun lalu, masih sebagai anak-anak. Lingkungan tempat tinggal saya kala itu merayakan hari anak nasional layaknya Hari Kemerdekaan Indonesia dengan berbagai acara yang mirip 17-an. Setelah itu, masih sebagai anak-anak pula, saya menikmati hari anak nasional dengan makan bersama keluarga dan menikmati acara TV yang begitu memanjakan mata dengan kartun dan film petualangan anak.

Menginjak remaja, saya mulai menerima bingkisan dari teman-teman kemudian mentraktir mereka makan sebagai syukuran sederhana. Hari anak nasional ke 17 versi saya, tepat saat saya SMA. Seisi kelas menyanyi bersama untuk memberi selamat dan memberi saya bingkisan yang cukup besar dan PINK. It always reminds me how great 3IPA5 was, everytime I see this huge-pink-fluffy duck. Saat kuliah, beberapa sahabat saya sejak SMA datang ke rumah memberi kejutan. Tahun berikutnya sahabat saya, kali ini sahabat sejak kuliah, juga memberi kejutan. Saya sedang sakit hari itu dan mereka berhasil membuat saya sangat terharu.

Tahun lalu, 23 Juli bertepatan saat saya sedang menjalankan KKN. 22 Juli malam sekitar pukul 9 lewat kami bersama warga setempat bekerja bakti memperbaiki jalan di depan posko, dengan cara menata batu-batu besar dan kecil, menjadi landasan yang cukup rata dan kuat. It was 10 PM, dark and windy. Setelah selesai kami kembali ke posko dan melanjutkan kebiasaan ngobrol malam kami. Tiba-tiba teman-teman seunit saya menghampiri saya dengan kue dan lilin, tepat jam 12 malam. Mereka juga sukses besar membuat saya terharu. But I couldn’t cry right then and there, and no I would not. They gave me surprise and were taking pictures of that used-to-be-beautiful moment while a black “pore-pack” still sticking on my nose when I blew the candles. Itu baru namanya kejutan, pada saat tidak terduga karena saat itu saya berniat melepas plester itu lalu pergi tidur, tapi Ta-daa..here comes the cake and the candles and the flashing camera.

23 Juli hmm.. tanggal kelahiran saya yang bertepatan dengan Hari Anak Nasional Indonesia.. Hari yang sangat saya syukuri karena maknanya bagi saya. Esensi hari kelahiran tentunya dipahami banyak orang dengan pandangannya masing-masing. It will take more than 5 paragraphs to describe mine, so I’ll make it simple. Hari kelahiran berarti saya mulai merasakan dan dirasakan dunia ini sehingga ketika tanggalnya berulang setiap tahunnya saya menyadari betapa hebatnya anugrah kehidupan setelah Tuhan memberi saya kesempatan setahun berikutnya, setahun berikutnya lagi dan seterusnya. Juga karena kehadiran orang-orang mengagumkan di hari-hari saya. Karena betapa bermaknanya mereka bagi saya. Bukan karena perayaan, kejutan atau bingkisannya. Tapi keberadaan orang-orang itu pada hari istimewa ini. Kami berbagi kebahagian dan bersama-sama bersyukur pada hari itu.

Bagaimana dengan 23 Juli 2011? Saat saya mulai menulis ini kita sedang menuju pergantian hari menyambut 23 Juli 2011. Saat-saat seperti inilah yang membuat pengalaman-pengalaman setahun kemarin terlintas di otak saya. Pengalaman di antara 23 Juli tahun lalu dan tahun ini..

Saya memulai proses penyusunan skripsi yang bagi saya cukup terhambat dan lambat karena diri saya sendiri. Proses belajar membuat penelitian ini menyenangkan. Saya terlalu menghargai proses sehingga hasilnya belum kunjung saya capai. Silakan menganggap pernyataan ini pengakuan ataupun satir. Kenyataannya memang skripsi ini belum utuh terwujud. Jadi sebelum hasilnya benar-benar saya wujudkan, saya tidak banyak membahas skripsi di sini. Singkatnya, saya masih dalam proses pengerjaan, ehm, Alat Ukur Psikologi sekarang --bulan terakhir semester kedua pengerjaan skripsi. Dan saya masih terus mendorong dan menyemangati diri sendiri untuk segera membuat skripsi ini utuh. Terimakasih untuk doa dan semangatnya untuk saya, jika sempat terlintas di benak Anda yang sedang membaca.

Saya menjalani magang sebagai asisten biro psikologi kampus dengan kontrak satu tahun. Sampai saat ini hampir sembilan bulan saya belajar di biro psikologi itu. Belajar. Bukan bekerja. Bukan praktek kerja lapangan. Bukan kerja sambilan. Itu menurut saya. Karena yang banyak saya lakukan adalah belajar berbagai hal baru dengan menerapkan ilmu dari kelas kuliah, langsung pada tugas yang saya dapat. Belajar. Karena saya masih melakukan kesalahan dan masih terus memperbaikinya. Belajar. Selain karena saya masih mahasiswa –karena skripsinya belum selesai, sehingga masih berstatus mahasiswa—juga karena saya merasa masih muda, cukup muda untuk terus belajar dengan banyak bertanya, berinisiatif, berdebat, sampai melakukan kesalahan, merasa bersalah dan mengakuinya pada semua orang, namun terus menempa diri untuk terus mengatasi dan memperbaikinya. Belajar. Karena saya menjalankan tugas bersama sebuah tim yang saya banggakan, yang mau saling belajar dari satu sama lain. Belajar. Karena setiap selesai satu tugas dilakukan saya dihadapkan dengan tugas lain. Belajar. Karena setiap satu tugas diselesaikan saya belum berhenti mengambil pelajaran dan manfaatnya sampai entah kapan.

Ternyata BELAJAR sungguh menyenangkan bagi saya. Belajar membuat penelitian melalui skripsi. Belajar mengabdikan diri pada sebuah tanggungjawab pekerjaan melalui magang. Kemudian saya belajar tentang CINTA melalui puluhan cerita cinta, yang nyata maupun fiksi. Cinta dalam hal ini cinta antara laki-laki dan perempuan. Setahun belakangan ini pikiran saya jungkir balik menelaah banyak sekali cerita cinta luar biasa yang benar-benar terjadi. Baik yang saya dengar dari orang-orang di sekitar saya maupun yang saya saksikan langsung. Cinta membuat saya jatuh hati padanya, pada cinta. Do you have a feeling I’m gonna right my own love story here? Well I hope you don’t, cause I’m not. Ini tentang kekaguman saya pada cerita cinta. Semua cerita cinta itu membuka mata dan hati saya lebih lebar tentang cinta dan nilai-nilai kehidupan. Semua itu membuat saya jatuh cinta pada cerita cinta. Love Story, not a Fairy Tale with the “happily-forever-after ending” after a wedding or a birth. Love Story, not just a relationship between man and woman in lovey-dovey. It’s Love Story with all ups and downs where you can feel LOVE really exists there, even you’re just an outsider and not involved in it.

Kekaguman saya ini mendorong saya mencari tahu lebih banyak cerita cinta. Kemudian saya mulai membaca beberapa cerita cinta, termasuk yang fiksi. Cerita cinta yang fiksi ternyata menarik bagi saya. Meskipun yang cliche sangat banyak, tetapi tak jarang yang realistis dan logis. Then I found a great one. Seorang penulis merangkai sebuah cerita fiksi yang mengajarkan banyak hal tentang cinta dan nilai kehidupan. Saya berkesempatan memberi komentar pada setiap chapter yang ditulisnya. Penulis ini pun bisa memberi komentar pula atas tanggapan saya. Feedback yang saling kami berikan tidak berhenti pada pembahasan cerita yang ditulisnya saja. Pembicaraan meluas sampai nilai kehidupan dan cinta dalam realita hidup yang sebenarnya. Sekali lagi saya BELAJAR. Saya belajar dari cerita cinta. Saya juga belajar dari penulis ini, yang sampai sekarang belum saya kenal secara personal.

She doesn’t reveal her real identity so do I. The only real fact I know is she speaks Tagalog but she made a really GREAT Love Story, in English. It hasn’t finished yet but I think she’ll update its last chapter on July 23rd which makes me really happy. Like I said, it is a fiction but there are sooo many lessons I can swallow from the story itself and also her notes. Her writings make me realize some more, that Love is about giving, not getting. Love is always exists, but falling in love gonna happen when it's supposed to happen and we better get prepared. Love is not always words you utter, but it is always what you can feel even in silence. Love somehow comes in a rush, but embrace every moment you feel in love and no need to rush to make the love between lovers grow stronger. Because Lover and Love itself needs time to be whole. And to be whole, Lovers need bunch of self control. Love is beyond reason or logic but somehow you know you need it, you know it exists, and you know it grows stronger. And in Love.. resistance is futile..

Itu semua bukan kutipan yang saya ambil dari cerita si penulis, tapi pelajaran yang dihantarkannya dengan manis dan penuh cinta ke dalam benak saya. Lihat.. Saya belajar lagi. Terus belajar sampai entah kapan. Terus belajar dari semua sisi kehidupan yang bisa diambil pelajarannya. Refleksi dari proses belajar yang saya lakukan, ya.. Liza yang Anda tahu saat ini. Saya merangkum titik-titik penting dalam proses belajar saya setahun belakangan, dalam tulisan ini.

July 23rd 2011 saya rayakan penuh rasa syukur dengan menjadikannya sebagai pijakan untuk melompat lebih tinggi ke titik-titik proses belajar saya selanjutnya.

Terimakasih sudah bersama saya mencapai titik ini. Semoga Anda telah, masih, dan sedang belajar juga. Selamat Belajar...


23.07.2011 3:28 PM

Tuesday, July 5, 2011

dear bestfriends..

each second Allah blessed me to live gives me many new perspectives of life and its value. Alhamdulillah, Allah also blessed me with amazing people around. like you..
tough day would be just a tough day without you guys. but we embraced in energy and much effort to do the best and it turns out to be wonderful day. no wonder someday we'll reach the top in wonderful way too..